Intip Layanan Paripurna Bagi Pasien DBD di RS Premier Surabaya, Penanganan Cepat dan Tepat

Gigitan nyamuk aidesaidepi

Aliansi berita.web.id | Surabaya – Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman di Indonesia. Tak main-main, menurut Kementerian Kesehatan, kasus DBD mencapai ribuan tiap tahunnya.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Premier Surabaya dr Brian Eka Rachman SpPD FINASIM merupakan salah satu tenaga medis yang menaruh perhatian pada kasus DBD. Dikatakannya, meskipun angka kematian akibat DBD telah menurun seiring dengan perbaikan dalam diagnosis dan pengobatan, namun DBD tetap menjadi ancaman serius. Terutama pada populasi khusus seperti usia anak-anak, usia lanjut, dan orang dengan komorbid atau obesitas.

Tingginya kasus tersebut harus disikapi dengan serius. Tak hanya lewat penanganan pasien DBD, namun juga usaha preventif. “Masyarakat harus lebih paham tentang DBD. Agar mereka bisa melakukan pencegahan. Atau, jika sudah terkena, masyarakat menyadari gejalanya sehingga penanganan medis tidak terlambat,” ungkap dokter Brian.

Dijelaskan oleh dokter Brian, terdapat beberapa gejala DBD yang bisa menjadi pertanda. Biasanya meliputi demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual dan muntah, dan ruam pada kulit. Bahkan juga disertai pendarahan ringan seperti mimisan, gusi berdarah, atau mudah memar.

Tak serta merta, terdapat beberapa fase yang bakal melanda orang yang terkena DBD. Pertama, fase demam. Di fase tersebut pasien mulai mengalami demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 1-3 hari disertai sakit kepala, nyeri otot, dan ruam.

Fase kedua adalah fase kritis. Biasanya terjadi pada hari ke-4 sampai ke-6 dari demam pertama. Pada fase tersebut, demam bisa menurun, tetapi resiko komplikasi seperti pendarahan atau kebocoran plasma meningkat. Fase kedua ini adalah fase paling berbahaya

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Premier Surabaya dr Brian Eka Rachman SpPD. (IST)

Ketiga, fase penyembuhan atau recovery phase. Jika ditangani dengan benar, di fase ini kondisi pasien mulai membaik, demam hilang, dan tanda-tanda vital kembali normal. Namun, pasien harus tetap diawasi karena ada resiko komplikasi tertunda.

Untuk dapat melewati fase kritis dan bisa sembuh dari DBD, dokter Brian menyarankan masyarakat agar melakukan penanganan secepat mungkin. Jika terdapat gejala DBD, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit. Terlebih, jika pasien memiliki penyakit komorbid. 

“Jika sudah nyeri perut hebat, muntah terus menerus, pendarahan dari gusi atau hidung, muntah darah atau tinja berwarna hitam, badan lemas dan gelisah, kulit pucat, kesulitas bernapas, dan asupan oral tidak ada, maka sudah harus dibawa ke rumah sakit,” tutur dokter Brian.

Di RS Premier Surabaya, pasien DBD dipastikan bakal mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Terlebih, jika sudah memasuki fase kritis. Dijelaskan oleh dokter Brian, terdapat beberapa penanganan tenaga medis jika pasien DBD datang.

Tindakan pertama adalah rehidrasi atau pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi dan menjaga volume darah. Lantas dilakukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital, jumlah trombosit, dan hematokrit. Lalu, pemberian obat pada pasien seperti analgesik dan antipiretik untuk mengurangi nyeri dan demam, biasanya parasetamol. Untuk kasus yang berat, pemberian cairan intravena (IV) dan transfusi darah bisa dilakukan jika diperlukan.

Selain tenaga medis yang mumpuni, fasilitas lengkap di RS Premier Surabaya juga diberikan untuk pasien DBD. Untuk pasien dengan komplikasi, dirawat di Unit perawatan intensif (ICU) atau unit highcare dengan alat-alat lengkap.

“Sebagaimana perawatan pasien yang lain, perawatan DBD juga akan mendapatkan fasilitas seperti pemeriksaan laboratorium lengkap, terutama untuk pemantauan hematologi seperti jumlah trombosit dan hematokrit. Serta tim medis terlatih seperti Dokter dan perawat yang berpengalaman dalam menangani kasus DBD,” ujar dokter Brian.

Dokter Brian juga memberikan edukasi tentang upaya preventif menghalau DBD. Berbagai upaya pencegahan telah dicanangkan oleh pemerintah dengan program 3M Plus-nya. Program tersebut terutama untuk mengendalikan vektor (nyamuk) penyebab DBD dan juga menghindari kontak antara nyamuk dan manusia. Program tersebut terdiri dari 3M. 

“Yakni, menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas. Plus menaburkan bubuk larvasida, menggunakan kelambu, memelihara ikan pemakan jentik, menanam tanaman pengusir nyamuk, memasang kawat kasa, menggunakan obat nyamuk, dan yang tidak kalah pentingnya adalah membersihkan lingkungan,” ujar dokter Brian.

Selain itu, saat ini metode pencegahan juga dapat melalui vaksinasi DBD yaitu vaksin Qdenga yang dapat diberikan untuk usia 6 sampai 45 tahun, dan diberikan sebanyak 2 dosis pada bulan ke 0 dan bulan ke 3. RS Premier Surabaya menyediakan vaksin DBD tersebut

Reporter : Lastomo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *