RG Bongkar Drama Silaturahmi Kekuasaan Jokowi

HM Denny Adi SE

Jumat, 13 Juni 2025 – 02:03 WIB


aliansiberita.web.id – 1 Presiden 2 Penguasa, Matahari kembar?!. Rocky Gerung bongkar Drama Silaturahmi Kekuasaan Jokowi, Rocky Gerung di Debat ILC / Daftar Isi Kritik terhadap Gibran dan Politik Dinasti Jokowi dan Ambisi yang Tak Usai Bangsa Tanpa Daya Kritikal.

Akademisi Rocky Gerung kembali menjadi pusat perhatian setelah pernyataannya yang menyentil keras dinamika politik Indonesia terkait narasi “matahari kembar”, dalam sebuah diskusi politik yang disiarkan secara luas Rocky menguliti isu ini bukan dari segi hukum atau militer melainkan dari sudut moralitas kekuasaan. Ia menyebut fenomena “matahari kembar” sebagai wujud dari krisis nilai dalam Pemerintahan yang seolah-olah dipimpin oleh dua tokoh utama, Presiden Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Ini bukan sekadar soal konstitusi atau militerisme, ini soal etika kekuasaan. Ada mantan presiden yang belum selesai dengan egonya dan ada Presiden baru yang masih memberi ruang terlalu besar untuk bayangan kekuasaan lama,” beber Rocky di forum Indonesia Lawyers Club pada 8 Mei 2025.

Munarman ungkap ketimpangan proses hukum ijazah Jokowi di Podcast Refly Harun, kritik terhadap Gibran dan Politik Dinasti salah satu bagian paling menyengat dari kritik Rocky adalah komentarnya tentang posisi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Rocky menyebut Gibran sebagai produk dari kehendak politik yang mengabaikan rasa malu publik dan menyayangkan bahwa anak muda dijadikan instrumen untuk warisan politik keluarga.

“Saya ditanya anak-anak SMA ‘Kalau Gibran jadi Presiden nanti, masa depan kami di tangan siapa, Om Rocky?’. Bayangkan, anak-anak itu sudah mulai cemas dengan kualitas kepemimpinan yang dibentuk bukan karena kapasitas tapi karena kekerabatan,” imbuh Rocky.

Bagi Rocky, kehadiran Gibran di puncak kekuasaan bukan hanya masalah legal formal akibat putusan Mahkamah Konstitusi yang ditengarai sarat konflik kepentingan tetapi lebih dalam menyentuh soal legitimasi moral dan keadaban politik. Ia menyebut kondisi ini sebagai “korupsi rasa malu”, Jokowi dan ambisi yang tak usai.

Rocky juga menyorot peran Jokowi yang terus muncul di hadapan Publik meskipun telah lengser dari jabatan Presiden, ia menyebut kunjungan Jokowi ke Menteri-menteri aktif bukan sebagai bentuk silaturahmi biasa tetapi lebih sebagai intervensi halus yang menciptakan dualisme kepemimpinan.

“Jokowi belum pensiun dari ambisinya, dia pensiun dari jabatan tapi tidak dari hasrat untuk mengatur. Di situlah letak ‘matahari kembar’ itu, Matahari yang satu memimpin secara de jure, matahari lain memimpin lewat bayangan loyalitas,” tambah Rocky.

Rocky menyoroti bahwa beberapa Menteri masih menyebut Jokowi sebagai “bos”, dan itu memperparah kebingungan Publik soal siapa sebenarnya pemegang kendali Negara.

“Kalau Menterinya bingung harus patuh ke siapa, bagaimana Rakyat tidak bingung?” tanyanya.

Bangsa tanpa Daya Kritikal sebagai Akademisi, Rocky menutup pernyataannya dengan refleksi filosofis tentang Bangsa yang kehilangan daya kritis karena terlalu lama terbiasa dengan kultus individu. Ia menyebut fenomena “matahari kembar” sebagai sinyal bahwa Indonesia sedang kehilangan horizon berpikir rasional.

“Kita tidak sedang menyaksikan transisi kekuasaan, tapi transformasi rasa takut. Takut kehilangan pengaruh, takut kehilangan loyalis. Takut kehilangan kendali, padahal kekuasaan itu bukan untuk diwariskan tapi untuk ditinggalkan dengan hormat,” jelasnya.

Menurut Rocky, jalan keluar dari kekacauan ini bukan hanya soal restrukturisasi kabinet atau revisi hukum tapi soal pembenahan moral politik. Ia menyarankan agar Presiden Prabowo segera mengambil langkah tegas untuk mengakhiri kebingungan otoritas, termasuk dengan melepaskan diri sepenuhnya dari bayang-bayang Jokowi.

“Kalau Prabowo memang satu-satunya Matahari, jangan biarkan bayangan lain terus bermain di langit politik. Hapuskan siluet kekuasaan lama agar cahaya yang baru bisa benar-benar terang,” imbuh Rocky.

(08887886999)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *