
Surabaya, Aliansiberita.web.id – Dari sekian banyak tempat menarik di Surabaya, Jalan Tunjungan merupakan salah satu yang paling ikonik. Selain menjadi saksi bisu perjuangan arek-arek Suroboyo menjaga kedaulatan Indonesia, tempat ini sejak dulu memang jadi tempat nongkrongnya anak muda. Saking ikoniknya, Jalan Tunjungan diabadikan dalam lagu “Rek Ayo Rek” yang pernah dipopulerkan Didi Kempot.
Surabaya, 24/4/2024. 20.00.wib
Akan tetapi lama-kelamaan, saya sebagai orang surabaya sendiri mulai ogah jalan-jalan ke sana. Tempat ini namanya saja yang besar, tapi isinya gitu-gitu saja dan nggak menarik. Malahan kalau boleh saya bilang, sebagai tempat jalan-jalan, Jalan Tunjungan tidak ramah wisatawan.
Dibranding tempat Jalan- jalan, tapi trotoarnya sempit dan nggak enak buat jalan kali.
Jalan yang membentang dari Gedung Siola sampai Hotel Majapahit ini sebetulnya dari awal konsepnya agak nggak jelas.
Jalan Tunjungan Surabaya dibranding sebagai tempat “jalan-jalan”, tapi trotoarnya sempit dan kurang enak dibuat jalan.
Trotoarnya hampir nggak bisa menampung seluruh pengunjungnya setiap malam.
Tempat jalan yang terbatas juga menyusahkan orang-orang yang mencari nafkah di sana. Lihat saja para tukang foto jalanan.
Hampir nggak ada tempat sepi untuk mereka memfoto pelanggannya. Opsinya ya cuma dua, antara nunggu lama sampai agak sepi atau hasil foto seadanya.
Para street performer malah lebih nelangsa.
Hampir nggak ada tempat untuk mereka bisa mempertontonkan kehebatan mereka di Jalan Tunjungan Surabaya. Saya merasa kasihan waktu melihat bapak-bapak memainkan boneka wayang.
Selain beliau harus nyempil di antara ruko dan pedagang, nggak ada orang yang singgah untuk melihat kelihaiannya memainkan boneka wayang. Maklum, untuk sekadar berhenti mau nonton juga susah karena nggak ada tempat.
Masalah parkiran juga kadang bikin pusing. Sebetulnya sudah ada parkiran nyaman di dalam gedung Siola. Tapi, banyak yang mengeluhkan parkir di sana terlalu jauh, Alternatifnya pun cukup meresahkan. Walaupun lebih dekat dengan beberapa destinasi menarik, keamanannya agak diragukan sebab tempat parkirnya ada di luar.
L Parahnya lagi, parkir alternatif ini memakan ruas trotoar Jalan Tunjungan Surabaya yang sudah cukup sesak.
Dengan segala kekurangannya, Jalan Tunjungan wajib hukumnya untuk diperbarui. Kalau memang infrastrukturnya susah diubah, setidaknya berikan identitas khas yang nggak dimiliki tempat lain di Surabaya. Jangan cuma mengandalkan sejarahnya, dong.
Kalau memang mau dijadikan tempat jalan-jalan sambil kulineran, sekalian diubah jadi pusat makanan khas Surabaya.
Makanan Surabaya macam lontong balap, rujak cingur, hingga pecel semanggi yang sudah sulit ditemui bisa dipusatkan di sana, Tentunya dengan harga terjangkau, ya.
Dengan begitu, wisatawan atau minimal warga Surabaya sendiri mungkin jadi punya alasan buat sering-sering datang ke Jalan Tunjungan.
Krn banyak ada makanan khas Surabaya mungkin bisa menarik bagi warga Surabaya yang mau datang acara jalan – jalan dan bisa menikmati makanan khas Surabaya yg saat ini sudah jarang di temui warga kota.
Reporter : Lastomo